Kamis, 12 April 2012

Ancaman Isu Tsunami

BANDA ACEH- Gempa besar kembali melanda Aceh. Rabu (11/4) pukul 15.38 WIB, gempa berkekuatan 8,5 skala Richter (SR) mengguncang provinsi di ujung barat Indonesia itu.

Kepanikan tetap saja melanda seantero wilayah itu. Orang berhamburan keluar rumah dan berlari di jalanan. Banyak dari mereka berebut menuju dataran yang lebih tinggi.

Sejauh ini belum ada laporan mengenai korban jiwa. Trauma akan tsunami raksasa akibat gempa hebat berkekuatan 9,3 SR pada 26 Desember 2004, tampaknya masih sangat membekas di benak masyarakat Aceh dan sekitarnya. Ketika itu, 131.028 orang dilaporkan tewas dan lebih dari 37.000 warga hilang tersapu tsunami. Di seluruh dunia, gempa dahsyat ini telah menewaskan lebih dari 200 ribu orang.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), gempa Rabu kemarin berada di luar zona subduksi atau pertemuan lempeng Hindia Australia dan Eurasia. Gempa ini terjadi akibat aktivitas sesar geser lempeng yang bersifat horizontal. Gempa berpusat di 382 km dari bibir pantai Kabupaten Simeulue, Nanggroe Aceh Darussalam, dan berada di kedalaman 10 km.

“Karena berada di luar zona subduksi, potensi terjadinya tsunami kecil,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam konferensi pers di Jakarta.

Gempa yang berpotensi besar tsunami biasanya berpusat di dalam zona subduksi. Sutopo menambahkan, pergeseran lempeng dan potensi tsunami kemungkinan tidak berdampak besar ke Pulau Jawa dan wilayah lain.

“Namun, negara tetangga sudah kami informasikan mengenai hal ini, di antaranya Thailand, Malaysia, Sri Lanka dan India,” katanya.

Meski potensi tsunami kecil, guncangan gempa bisa menyebabkan kerusakan bangunan.

“Sangat berpotensi menimbulkan kerusakan bangunan, namun kami belum bisa melakukan pendataan karena akses informasi dari Simeulue sulit,” katanya.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa kemarin hanya menyebabkan tsunami kecil. Di Sabang, tsunami setinggi 60 cm terjadi pukul 17:00 WIB. Sedangkan di Meulaboh gelombang mencapai 80 cm pada pukul 17:04 WIB.

Kepala Bidang Gempa BMKG, Suharjono, mengungkapkan, dalam kurun waktu dua jam sejak pukul 15.38 kemarin, delapan kali gempa bumi susulan berkekuatan besar mengguncang Aceh. Gempa ketujuh pada pukul 17.43.06 bahkan kekuatan 8,8 SR dengan kedalaman 10 km.

“Kami telah mengeluarkan pernyataan peringatan dini akan tsunami,” paparnya. Peringatan BMKG ini dicabut dua jam kemudian.

Gempa ini terasa hingga Bengkulu, Lampung, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara. Gempa menyebabkan gangguan pada dua pembangkit listrik milik PLN, yakni PLTGU Belawan yang menghasilkan listrik 800 megawatt dan PLTD Aceh di Banda Aceh sebesar 30 megawatt.  PLTGU Belawan menyuplai listrik Sumatera bagian utara dan Aceh.

“Kondisi berangsur normal. Kami menyadari bahwa suplai listrik sangat vital untuk mendukung proses recovery pasca gempa. Karena itu petugas terus berupaya sekuat tenaga untuk menormalkannya,” ujar juru bicara PLN, Bambang Dwiyanto.

Langsung Bergerak

Beberapa saat setelah menerima laporan terjadi gempa berpotensi tsunami di Aceh dan sekitarnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memerintahkan BNPB untuk turun langsung ke lapangan. Kedatangan mereka diperlukan untuk memastikan situasi Aceh dan daerah pesisir barat Pulau Sumatera yang terkena gempa, berada dalam kendali pemerintah.

‘’Saya sudah memerintahkan Kepala BNPB untuk terbang ke Aceh bersama tim guna memastikan situasi benar-benar undercontrol dan mengambil tindakan apabila diperlukan,’’ ujar SBY saat mengawali jumpa pers bersama PM Inggris David Cameron di Istana Merdeka.

Presiden mengaku baru saja mendapat laporan tentang adanya gempa berkekuatan 8,5 SR yang mengguncang wilayah Aceh dan Sumatera Utara. Dari laporan yang dia terima sampai saat itu belum ada laporan korban jiwa maupun kerusakan.

‘’Tidak ada kerusakan yang berarti baik di Banda Aceh ataupun tempat lain,’’ katanya.

SBY mengatakan, dirinya telah melakukan komunikasi dengan pemerintah setempat, termasuk panglima militer di Aceh untuk mendapatkan gambaran situasi di lapangan.

‘’Kami telah melakukan komunikasi, situasinya sejauh ini terkendali meski ada sedikit kepanikan. Tapi, masyarakat telah menuju tempat yang aman dan tetap dikelola dengan baik.’’

Dikatakan, pengelolaan juga terjadi di wilayah sekitar pesisir pantai. Dari laporan sementara yang diterimanya, tidak ada ancaman tsunami meskipun masyarakat tetap terjaga.

Sementara itu, PM Cameron yang tengah bertemu dengan presiden saat gempa terjadi mengungkapkan simpatinya kepada pemerintah RI atas peristiwa tersebut.

‘’Saya sangat bersimpati dengan kejadian gempa bumi yang terjadi di wilayah Aceh. Kami akan selalu bersama dengan pemerintah RI dalam situasi seperti ini,’’ katanya.

Namun, tim dari BNPB yang dikirim oleh SBY ternyata gagal mendarat di Bandara Simeulue. Bandara itu belum dapat beroperasi akibat gempa-gempa susulan.

“Bandara Simeulue belum beroperasi sehingga rombongan BNPB dan sejumlah perwakilan dari instansi lain tidak dapat mendarat di sana,” kata Sutopo Purwo Nugroho.

Sutopo menjelaskan, informasi belum dapat dioperasikannya bandara Simeulue tersebut diperoleh dari rombongan yang dipimpin Kepala BNPB Samsul Maarif.

“Informasi dari Kepala BNPB menyebutkan bahwa tim mengalihkan pendaratan ke wilayah terdekat karena bandara Simeulue belum dapat didarati,” katanya.

Ia menambahkan, hal tersebut mengakibatkan ragam informasi dari Simeulue belum dapat diakses.

“Hingga kini kami belum dapat informasi apapun dari Simeulue karena akses yang sulit akibat listrik padam dan saluran telepon seluler terputus,” katanya.

Sutopo juga menambahkan, pihaknya belum mendapatkan informasi adanya korban jiwa pada kejadian tersebut.

“Belum ada informasi, tapi kami masih akan terus mencoba melakukan kontak dengan Simeulue,” katanya. Dia menambahkan tim BNPB terbagi tiga yakni ke Aceh, ke Sumatera Barat dan ke Bengkulu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar